(Habib Keramat Luar Batang)
Nasab
Habib
Husein bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin
Ahmad bin Husein bin Abdullah Al-aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin
Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad
Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi
Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin
Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina
Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad
Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina
Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad
bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad
An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam
Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina
Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul
Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Al
Habib Husein bin Abu bakar Alaydrus dilahirkan di Yaman Selatan,
tepatnya didaerah Hadhramaut, tiga abad yang silam. Beliau dilahirkan
sebagai anak yatim, yang dibesarkan oleh seorang ibu, dimana
sehari-harinya hanya hidup dari hasil memintal benang pada perusahaan
tenun tradisional. Husein kecil sungguh hidup dalam kesederhanaan.
Setelah memasuki usia belia, sang ibu menitipkan Habib Husein pada
seorang “Alim sufi”; disanalah ia menerima tempaan pembelajaran
thariqah. Ditengah-tengah kehidupan diantara murid-murid yang lain,
tampak Habib Husein memiliki perilaku dan sifat-sifat yang lebih dari
teman-temannya. Setelah beranjak dewasa; setiap ahli thariqah senantiasa
memiliki panggilan untuk melakukan hijrah, dalam rangka mensyiarkan
islam kebelahan bumi Allah. Untuk melaksanakan keinginan tersebut, Habib
Husein tidak kekurangan akal, Ia bergegas menghampiri para kafilah dan
musafir yang sedang melaksanakan jual-beli di pasar pada setiap hari
jum’at.
Setelah dipastikan mendapatkan tumpangan dari salah seorang
kafilah yang hendak bertolak ke India, maka Habib Husein segera
menghampiri ibunya untuk meminta ijin. Walau dengan berat hati, sang ibu
harus melepaskan dan merelakan kepergian putranya. Habib Husein mencoba
membesarkan hati ibunya sambil berkata :
“janganlah takut dan
berkecil hati, apapun akan ku hadapi, senantiasa bertaqwalah kepada
Allah SWT, sesungguhnya Ia bersama kita.”
Akhirnya berangkatlah Habib Husein menuju daratan India.
Sampailah
Habib Husein di sebuah kota bernama “Surati” atau lebih dikenal
Gujarat, sedangkan penduduknya beragama Budha. Mulailah Habib Husein
mensyiarkan Islam dikota tersebut dan kota-kota sekitarnya. Kedatangan
Habib Husein di kota tersebut membawa rahmatan lil Alamin; karena daerah
yang asalnya kering dan tandus, kemudian dengan kebesaran Allah maka
berubah menjadi daerah yang subur. Agama islam pun tumbuh berkembang.
Hingga
kini belum ditemukan sumber yang pasti berapa lama Habib Husein
bermukim di India. Tidak lama kemudian, beliau melanjutkan misi
hijrahnya menuju wilayah Asia tenggara, hingga sampai di Pulau Jawa, dan
menetap di kota Batavia, sebutan kota Jakarta tempo dulu.
Batavia
adalah pusat pemerintah Belanda, dan pelabuhannya Sunda kelapa. Pada
tahun 1736 M datanglah Habib Husein bersama para pedagang dari Gujarat
di pelabuhan Sunda kelapa. Disinilah persinggahan terakhir dalam
menyiarkan islam. Beliau mendirikan surau sebagai pusat pengembangan
ajaran islam. Beliau banyak dikunjungi bukan saja dari daerah
sekitarnya, melainkan juga datang dari berbagai daerah untuk belajar
islam atau banyak juga yang datang untuk didoa’kan.
Pesatnya
pertumbuhan dan minat orang yang datang untuk belajar agama islam ke
Habib Husein mengundang kesinisan dan kekhawatiran dari pemerintah VOC,
yang dipandang akan mengganggu ketertiban dan keamanan. Akhirnya Habib
Husein beserta beberapa pengikut utamanya dijatuhi hukuman dan ditahan
di penjara Glodok.
Tembok dan terali besi tidak dapat menghentikan
peran Habib Husein dalam mensyiarkan islam. Walau di krangkeng tahanan,
beliau tetap mengajarkan ayat-ayat Al qur’an dan tuntunan islam. Namun
setelah penguasa hukum Belanda melihat karomah Habib Husein, mereka
menjadi gentar dan akhirnya beliau dan para pengikutnya dibebaskan.
Dalam
perjuangan Habib Husein membela agama Allah, ternyata Allah berkehendak
lain, wali Allah ini telah dipanggil dalam usia muda, lebih kurang
dalam usia 30-40 tahun. Tepatnya beliau meninggal pada hari kamis
tanggal 17 ramadhan 1169 H atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M.
Karomah Habib Husein
Pengertian Karomah.
Mu’jizat
adalah memiliki pengertian keluarbiasaan yang diberikan Allah kepada
seorang Nabi atau Rasul. Sedangkan keluar biasaanyang diberikan Allah
kepada para Wali Allah maka disebutnya sebagai karomah. Akan tetapi
secara hagiologi ( ilmu tentang kewalian ) tidak semua kejadian luar
biasa disebut karomah. Sebab Allah juga dapat memberikan keluar biasaan
kepada hambanya yang fasiq atau ada sebagian kafir, maka disebut
Istijraj. Istilah karomah secara estimologi dalam bahasa arab berarti
mulia, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan karoma
dengan Keramat diartikan suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar
kemampuan manusia biasa karena ketaqwaannya kepada tuhan yang maha esa.
Dalam
ajaran islam, karomah dimaksudkan sebagai khariqun lil adat yang
berarti kejadian luar biasa pada seorang wali Allah. Karomah merupakan
tanda-tanda kebenaran sikap dan tingkah laku seseorang, yang merupakan
anugerah Allah karena ketaqwaannya. Berikut ini terdapat beberapa
karomah yang dimiliki oleh Habib Husein bin Abu baker Al aydrus atau
yang dikenal sebagai Habib Luar batang, seoang wali Allah yang lahir di
jazirah Arab dan telah ditakdirkan wafat di pulau Jawa, tepatnya Jakarta
Utara.
1. Menjadi mesin pemintal.
Di masa belia, di tanah
kelahirannya yaitu di daerah Hadhramaut, Yaman; Habib Husein berguru
pada seorang Alim Sufi. Di hari-hari libur beliau pilang untuk
menyambangi ibunya. Pada suatu malam ketika ia berada di rumahnya, ibu
Habib Husein meminta tolong agar ia bersedia membantu mengerjakan
pintalan benang yang ada di gudang. Habib Husein segera menyanggupi dan
ia segera ke gudang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
ibunya. Makan malam juga telah disediakan. Menjelang pagi hari, ibu
Habib Husein membuka pintu gudang. Ia sangat heran karena makanan yang
disediakan masih utuh belum dimakan oleh Habib Husein. Selanjutnya ia
sangat kaget melihat hasil pintalan benang begitu banyaknya; si ibu
tercengang melihat kejadian ini. Dalam benaknya terpikir bagaimana
mungkin hasil pemintalan benang yang seharusnya dikerjakan dalam
beberapa hari, malah hanya dikerjakan kurang dari semalam, padahal Habib
Husein dijumpai dalam keadaan tidur pulas di sudut gudang. Kejadian ini
diceritakan kepada guru thariqah yang membimbing Habib Husein.
Mendengar cerita itu maka ia bertakbir, sambil berucap ;
”sungguh
Allah berkehendak pada anakmu, untuk diperolehnya derajat yang besar
disisinya, hendaklah ibu berbesar hati dan jangan bertindak keras
kepadanya. Rahasiakanlah segala sesuatu yang terjadi pada anakmu.”
2. Menyuburkan kota Gujarat
Hijrah
pertama yang disinggahi oleh Habib Husein adalah didaratan India,
tepatnya di kota Gujarat. Kehidupan kota tersebut bagaikan kota mati,
karena dilanda bencana kekeringan dan wabah kolera. Kedatangan Habib
Husein di kota tersebut disambut oleh ketua ada setempat, kemudian
beliau dibawa kepada kepala wilayah serta beberapa penasehat paranormal,
dan Habib Husein diperkenalkan sebagai titisan dewa yang dapat
menyelamatkan negeri itu dari bencana.
Habib Husein menyanggupi bahwa
dengan pertolongan Allah, beliau akan merubah negeri ini menjadi sebuah
negeri yang subur, asal dengan syarat mereka mengucapkan dua kalimt
syahadat dan menerima islam sebagai agamanya. Syarat tersebut juga
mereka sanggupi dan berbondong-bondong warga di kota itu belajar agama
islam.
Akhirnya mereka diperintahkan untuk membangun sumur dan sebuah
kolam. Setelah pembangunan keduanya dapat diselesaikan, maka dengan
kekuasaan Allah turun hujan yang sangat lebat, membasahi seluruh daratan
yang tandus. Sejak itu pula tanah yang kering berubah menjadi subur.
Sedangkan warga yang terserang wabah penyakit dapat sembuh, dengan cara
mandi di kolam tersebut. Demikian kota yang dahulunya mati, kini secara
berangsur-angsur kehidupan masyarakatnya menjadi sejahtera.
3. Mengislamkan tawanan
Setelah
tatanan kehidupan masyarakat Gujarat dari kehidupan kekeringan dan
hidup miskin menjadi subur serta masyarakatnya hidup sejahtera, maka
Habib Husein melanjutkan hijrahnya kedaratan Asia tenggara untuk tetap
mensyiarkan Islam. Beliau menuju pulau Jawa, dan akhirnya menetap di
Batavia. Pada masa itu hidup dalam jajahan pemerintahan Belanda.
Pada
suatu malam Habib Husein dikejutkan oleh kedatangan seorang yang
berlari padanya, karena dikejar oleh tentara VOC. Dengan pakaian basah
kuyup, ia meminta perlindungan karena akan dikenakan hukuman mati. Ia
adalah tawanan dari sebuah kapal dagang Tionghoa. Keesokan harinya
datanglah tentara berkuda VOC ke rumah Habib Husein untuk menangkap
tawanan tersebut, sambil berkata :
“ Aku akan melindungi tawanan ini dan aku jaminannya.”
Rupanya
ucapan tersebut sangat didengar oleh pasukan VOC. Semua menundukkan
kepala dan akhirnya pergi. Sedangkan tawanan Tionghoa itu sangat
berterima kasih, sehingga akhirnya ia masuk islam.
4. Menjadi Imam di Penjara.
Dalam
masa sekejap telah banyak orang yang datang untuk belajar islam. Rumah
Habib Husein banyak dikunjungi para muridnya dan masyarakat luas. Hilir
mudiknya umat yang datang membuat penguasa VOC menjadi khawatir akan
mengganggu keamanan. Akhirnya Habib Husein beserta beberapa pengikut
utamanya ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok. Bangunan penjara
itu juga dikenal dengan sebutan seksi dua.
Rupanya dalam tahanan
Habib Husein ditempatkan dalam kamar terpisah dan ruangan yang sempit,
sedangkan pengikutnya ditempatkan di ruangan yang besar bersama tahanan
yang lain. Polisi penjara dibuat terheran-heran karena ditengah malam
melihat Habib Husein menjadi imam di ruangan yang besar, memimpin sholat
bersama-sama pengikutnya. Hingga menjelang subuh masyarakat di luarpun
ikut bermakmum. Akan tetapi anehnya dalam waktu yang bersamaan pula
polisi penjara tersebut melihat Habib Husein tidur nyenyak di kamar
ruangan yang sempit itu, dalam keadaan terkunci.
Kejadian tersebut
berkembang menjadi buah bibir dikalangan pemerintahan VOC. Dengan segala
pertimbangan, akhirnya Habib Husein beserta semua pengikutnya
dibebaskan dari tahanan.
5. Si Sinyo menjadi Gubernur.
Pada
suatu hari Habib Husein dengan ditemani oleh seorang mualaf tionghoa
yang telah berubah nama Abdul Kadir duduk berteduh di daerah Gambir. Di
saat mereka beristirahat; lewatlah seorang sinyo ( anak Belanda ) dan
mendekat ke Habib Husein. Dengan seketika Habib Husein menghentakkan
tangannya ke dada anak Belanda tersebut. Si sinyo kaget dan berlari kea
rah pembantunya.. Dengan cepat Habib Husein meminta temannya untuk
menghampiri pembantu anak belanda tersebut, untuk menyampaikan pesan
agar disampaikan kepada majikannya, bahwa kelak anak ini akan menjadi
pembesar di negeri ini. Seiring berjalannya waktu, anak Belanda itu
melanjutkan sekolah tinggi di negeri Belanda. Kemudian setelah lulus ia
dipercaya & diangkat menjadi Gubernur Batavia.
6. Cara berkirim uang.
Gubernur
Batavia yang pada masa kecilnya telah diramal oleh Habib Husein, bahwa
kelak akan menjadi orng besar di negeri ini, ternyata benar adanya.
Rupanya Gubernur muda itu menerima wasiat dari ayahnya yang baru saja
meninggal dunia. Di wasiatkan kalau memang apa yang dikatakan Habib
Husein menjadi kenyataan, diminta agar ia membalas budi dan jangan
melupakan jasa habib Husein..
Akhirnya Gubernur Batavia menghadiahkan
beberapa karung uang kepada Habib Husein. Uang itu diterimanya, tetapi
dibuangnya ke laut. Demikian pula setiap pemberian uang berikutnya.
Habib Husein selalu menerimanya, tetapi juga dibuangnya kelaut. Gubernur
yang memberi uang jadi penasaran dan akhirnya bertanya mengapa uang
pemberiannya di buang ke laut. Di jawab oleh Habib Husein bahwa uang
tersebut dikirimkan untuk ibunya ke Yaman. Gubernur itu dibuatnya
penasaran, akhirnya diperintahkan penyelam untuk mencari karung uang
yang di buang ke laut.
Walhasil tak satu keping uangpun diketemukan.
Selanjutnya Gubernur Batavia tetap berupaya untuk membuktikan kebenaran
kejadian ganjil tersebut, maka ia mengutus seorang ajudan ke negeri
Yaman untuk bertemu dan menanyakan kepada ibu Habib Husein.
Sekembalinya
dari Yaman, ajudan Gubernur tersebut melaporkan bahwa benar adanya. Ibu
Habib Husein telah menerima sejumlah uang yang dibuang ke laut tersebut
pada hari dan tanggal yang sama.
7. Kampung Luar Batang.
Gubernur Batavia sangat penuh perhatian kepada Habib Husein. Ia menanyakan apa keinginan Habib Husein. Jawabnya :
“Saya tidak mengharapkan apapun dari tuan.”
Akan
tetapi Gubernur itu sangat bijak, dihadiahkannya sebidang tanah di
kampong baru, sebagai tempat tinggal dan peristirahatan yang terakhir.
Habib Husein telah dipanggil dalam usia muda, ketika berumur kurang
lebih 30-40 tahun. Meninggal pada hari kamis, tanggal 17 Ramadhan 1169 H
atau bertepatan tanggal 27 juni 1756 M. sesuai dengan peraturan pada
masa itu bahwa setiap orang asing harus dikuburkan di pemakaman khusus
yang terletak di Tanah Abang,
Sebagaimana layaknya, jenazah Habib
Husein diusung dengan kurung batang ( keranda ). Ternyata sesampainya di
pekuburan, jenazah Habib Husein tidak ada dalam kurung batang. Anehnya
jenazah Habib Husein kembali berada di tempat semula. Dalam bahasa lain
jenazah Habib Husein keluar dari kurung batang. Pengantar jenazah
mencoba kembali mengusung jenazah Habib Husein ke pekuburan yang
dimaksud. Namun demikian jenazah Habib Husein tetap saja keluar dan
kembali ke tempat tinggal semula.
Akhirnya para pengantar jenazah
memahami dan bersepakat untuk memakamkan jenazah Habib Husein di tempat
yang merupakan tempat rumah tinggalnya sendiri. Kemudian orang
menyebutnya “ Kampung baru Luar Batang.” Dan kini dikenal sebagai
“Kampung Luar Batang.”
( Dikutip dari buku Riwayat singkat &
karomah Al-Habib Husein bin Abu Bakar Al-aydrus, Penulis : Sayyid
Abdullah bin Abu Bakar Al-aydrus )