Pages

Jumat, 15 Maret 2013

Cinderamata

Jika ada rekan/ sahabat/ saudara/ keluarga yang berpamitan atau mengabarkan bahwa ia akan pergi ke suatu tempat yang jauh (luar kota/ luar provinsi/ luar pulau/ luar negeri) pastilah kata yang satu ini tidak akan terlewat, yaitu “oleh-oleh”. Begitu juga saat kita yang sedang berada jauh dari mereka, baik itu untuk urusan study, bekerja, apa lagi liburan, pasti kita tidak akan melewatkan untuk mengunjungi toko-toko cinderamata sebagai hadiah khusus orang terdekat yang kita tinggalkan sementara. Yapp... Oleh-oleh/ buah tangan/ cinderamata merupakan hadiah istimewa yang diberikan kepada orang terdekat sebagai rasa syukur atas kembalinya kita dengan selamat dari bepergian, sebagai tanda bahwa di tanah yang jauh pun kita masih mengingat kerabat yang di tinggalkan, atau juga sebagai imbalan atas kesediaan dan penawar kerinduan seseorang yang kita tinggalkan untuk sementara. Bahkan saya ingat, dulu sewaktu saya masih kecil (belum sekolah), kalau Bapak mau berangkat kerja saya akan berdiri di depan pintu, mencium tangan beliau dan bilang “Bapak hati-hati di jalan yah.. Nanti pulangnya bawa oleh-oleh yah Pak...” hehehe, karena pada saat itu saya merasa berat ditinggalkan Bapak untuk bekerja, dan berharap ada bayaran untuk kerelaan saya yang menunggu di rumah.

Ngomong-ngomong tentang Cinderamata, tak akan jadi bahasan saya jika tanpa peristiwa yang berkesan untuk saya. Jadi ceritanya, pada saat liburan kuliah semester kemarin saya sering sekali berdiskusi dengan salah seorang dosen saya melalui internet (bahasa kerennya chatting). Nah, satu ketika kita sedang chatting, ternyata beliau sedang ada pelatihan di Singapore. Waaahhhh.... saya iri banget (red: sekedar pengen pake banget – bukan iri/dengki lhoo), karena beliau jauh-jauh pelatihan ke Singapore tanpa perlu mengeluarkan biaya dan justru mendapat pengalaman dan ilmu yang luar biasa tentang metode pembelajaran yang modern, serba teknologi, namun tetap interaktif antara pengajar dan peserta ajar. Hmm... pokoknya keren banget deh. Sekedar basa-basi yang udah basi banget sebenarnya, seperti orang kebanyakan, setelah kita berbincang-bincang bisu saya pun mengatakan “jangan lupa oleh-olehnya yah Pak”. Sejujurnya sih, cuma bercanda. Tapi ternyata si Bapak Dosen yang baik itu beneran membawakan oleh-oleh untuk saya. Ciyeeee... Alhamdulillah, yah. Sesuatuu...

Eiittss, tapi jangan sampai ada kecemburuan sosial yah guys. Jangan juga da yang berfikir saya murid kesayangan atau murid spesial atau apalah yang tidak enak didengar. Karena katanya saya itu si ‘best student’ (hooeeekk :p), padahal sebenarnya saya cuma murid yang selalu duduk paling depan dan paling kerajinan untuk soal tugas, saya hampir selalu paling pertama kalo soal mengumpulkan tugas dan yang paling bikin beda tugas yang saya kumpulkan selalu saya perhatikan sekali keindahan tampilannya. (boleh dicoba tuh..)

Cinderamata dari Pak Dony,
sayang, coklatnya habis di serbu temen2 ^-^


Kembali ke Cinderamata. Yahh, emang sih wujud Cinderamata pada umumnya kini sudah bukan lagi sesuatu yang khas, atau barang antik yang bernilai mahal atau yang jadi perburuan banyak orang. Tapi yang namanya Cinderamata tetap saja istimewa. Bukan karena bentuk atau nilai materilnya, tetapi karena bagaimanapun juga Cinderamata adalah hadiah khusus, sebagai tanda bahwa orang tersebut masih mau mengingat kita saat dia jauh dan juga ingin berbagi syukur/ kebahagiaan kepada kita atas kesempatannya mengunjungi tempat-tempat yang berkesan baginya.

Sekali lagi, saya ucapkan terimakasih atas Cinderamatanya Pak. Semoga bapak makin sukses dan bisa jadi motivasi untuk saya, supaya suatu saat saya juga bisa memberikan cinderamata dari Luar Negeri untuk Dosen baik saya.. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar