Pages

Selasa, 25 September 2012

Indahnya Mati Lampu

    
        Semalam, dalam perjalanan pulang aku melihat kotaku berselimut keremangan. Perumahan penduduk yang cukup padat, yang biasanya terang benderang oleh lampu-lampu di halaman rumah mereka kini hanya menyuguhkan setitik cahaya buram dari lubang-lubang ventilasi di atas jendela atau pintu yang tertutup rapat. Malam terasa semakin hening dan sepi. Diatas kendaraan yang melaju sekitar 50 km/jam ini aku menikmati malam. Siapa bilang sunyi dan gelap itu menakutkan ?. Justru saat ini aku merasa bahagia, entah karena apa. Yah,, pemadaman listrik atau yang biasa disebut mati lampu menghadirkan kedamaian tersendiri untukku. Malam yang dingin, gelap dan sepi. Kapan lagi aku bisa menyaksikan keindahan ini di kota yang sudah sangat padat penduduknya. Tak hanya pemukiman, bahkan jalanan dan trotoar pun semakin padat oleh preman-preman berkedok pengamen, pengemis dari anak-anak sampai yang tua renta, orang yang berbadan sehat dan bugar sampai yang cacat dan kekurangan. Haaahhh semakin pengap saja kota ini, jika saja kau juga melihat hitamnya asap buangan kendaraan yang baunya bisa menyisahkan racun dalam tubuh seenaknya kentut di jalanan. Hehehe :D bahkan kata 'kentut' itu pertamakali aku dengar dari sepupuku yang baru berusia menjelang tiga tahun. Pernah sewaktu kami jalan-jalan menuju Cilegon, dia melihat bus yang mengeluarkan asap hitam, kemudian dia segera menutup hidungnya dan berkata "iihh ,, bisnya kentuut. bauuu". Sontak seisi mobil pun tertawa mendengarnya, karena kita sedang di dalam mobil yang tertutup rapat dan dilengkapi pengharum ruangan, kenapa menutup hidung segala dek??. Haaahhh ,, jadi kangen sama sepupuku :)

         Kembali ke kotaku yang gelap. Disini aku bisa mendengar jelas suara jangkrik saat mobil angkot yang ku tumpangi ngetem di antara jalanan dan persawahan. Akhirnya kodok dan jangkrik bisa kembali memamerkan lagu-lagunya setelah sejak lama mereka terpaksa tereliminasi oleh boy band dan girl band yang bebas bernyanyi lewat tv dan juga speaker yang ikut berlomba pamer suara milik pedagang CD bajakan di pinggir-pinggir jalan.

         Rupanya tak sampai disini saja keindahan saat mati lampu. Kesunyian membuat otakku semakin bebas melayang kemana saja, juga ke masa lalu. Masa beberapa tahun yang lalu, saat aku kembali melihatnya lagi, seseorang yang sudah sejak lama ku perhatikan. Mungkin saat itu dia tidak sadar, bahwa mataku selalu mengikuti langkah dan geraknya. Masih jelas ku ingat setiap kata yang dia ucapkan kepadaku waktu itu. Tak akan ku lupakan hari-hari indah itu. Hmmmh ,, angin kerinduan semakin sesak menghimpitku. Senyumku terus saja mengembang, sampai ketika lampu merah menghentikan lamunanku. Aku baru sadar, perjalan ini terasa singkat. Tinggal berjalan beberapa puluh meter lagi aku akan sampai di rumah. Rasanya aku tidak ingin malam ini cepat berlalu.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar