Pages

Sabtu, 26 Januari 2013

Aku, Kamu, Dia dan Mimpiku

Mimpi malam itu masih jelas berputar-putar dalam ingatanku. Mengambil alih seluruh seleraku, membuat lamunan seakan menjadi jalan panjang tanpa ujung. banyak sekali listrik yang menyengat-nyengat dadaku. Sesak ...

Aku tak mengerti, kenapa namanya hadir dimimpiku. Seorang wanita yang tak asing bagimu. Ada banyak canda antara kau dan dia. Kalian sama-sama terpelajar, cerdas, lugas, dan sangat setia kepada-Nya. Sempat terbesit setitik cemburu -- cemburu karena aku pun mengagumi dia, dan terlebih juga mengagumi mu.

Entah mengapa mimpi malam itu terlihat seolah nyata. Namanya, namamu, suaranya, dan tangisku -- semua nyata. Tapi kenapa harus menjumpai mimpi seperti itu ?. Bahkan tak sedetikpun aku mengingat namanya menjelang tidurku. Mungkin karena setitik cemburu itu?. Tapi mimpi itu berbeda, dia tidak berbicara denganmu, dia berbicara denganku. Dia tidak ramah lagi seperti yang ku tahu.

dia mencintaimu
mencintai kau, yang juga ku cintai
membukakan mataku
dia yang lebih layak untukmu
bukan aku..

Aku menangis, dalam tidur dan sadarku aku menangis. Aku tahu itu hanya mimpi. Tapi mimpi yang berupa isyarat. Mimpi yang nyata atau kenyataan yang hadir dalam mimpi.

Awalnya, aku berusaha menepis semua itu. Aku tahu, itu semua hanya karena rasa cemburuku yang sama sekali tidak beralasan. Tidak beralasan ?? Yaa,, setidaknya sampai pagi tadi yang aku tahu cemburuku tidak beralasan. Aku merasa bersalah karena telah menuduh dia mencintaimu.

Tapi apakah kau tahu ??. Pagi ini seolah petir menyambar sekujur tubuhku. Aku membacanya -- tidak sengaja -- aku membaca ungkapan perasaannya kepadamu yang dia tulis di media publik. Maafkan aku yang telah lancang. Sungguh, awalnya aku hanya mengagumimu, dan ingin membaca juga tulisanmu, ukhti. Tapi seperti masuk ke kandang musuh. Aku menjadi kaku, tak memiliki kendali sedikitpun akan diriku. Aku mematung, jantungku berdegup sangat kencang, bahkan ruangan ber-AC ini terasa panas laksana ruang sauna. Semakin ku baca satu per satu, semakin deras peluh mengalir d keningku, semakin kencang jantungku berdegup, semakin sesak aku untuk bernafas, semakin aku tahu, dia benar-benar mencintaimu. Tak kuasa mataku menahan air mata, akhirnya jatuh - semakin deras - dan semua gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar